Selasa, 24 Februari 2009

Sorry...

Kisah Sepotong Sandwich

Sepotong sandwich yang terdiri dari roti yang setengah dipanggang, dengan sayuran dan keju yang diapit di tengahnya. Rasanya pasti enak!(itu pikirku)

Tapi sayang, sore itu aku membuat kesalahan besar yang membuat sepotong sandwich ini jadi nggak enak buat dimakan! Bukan cara membuatnya yang salah, tapi aku melakukan kebodohan dengan sandwich itu, yang mungkin membuat hati seseorang dongkol padaku.

Aku ini emang bodoh bin stupid ya…! Aku jadi inget perkataan temenku yang bunyinya gini, ‘Kamu itu omongannya pedes banget!’. Inget omongan itu aku sempet sakit hati. Tapi, bukan maksudku buat nyakitin hati orang dengan ucapan yang keluar dari mulutku…, aku pikir aku cuma bercanda, kok! (Sebuah pembelaan diri yang tolol)

Kalo aja waktu ini bisa diputer ulang, aku pingin memperbaiki kesalahan yang kubuat beberapa menit lalu.

Ya Tuhan…! Aku bener-bener nyesel…, berilah aku kesempatan buat memperbaiki kesalahan konyolku itu…

Buat orang yang ngerasa dongkol bin enek padaku, aku minta maaf ya… aku nggak punya niat buat nyakitin hati seorang teman karena omonganku yang ceplas ceplos itu…

Sebuah penyesalan memang selalu datang diakhir kisah

Tapi…

Apakah kau tau mengenai pengharapan???

Aku berharap waktu tadi nggak pernah terjadi

Aku berharap kebodohanku itu nggak pernah aku lakuin

Dan aku berharap…

Dan…

Aku berharap aku bisa memberikanmu sepotong sandwich special dengan sebuah kata maaf di dalamnya…

Buat seseorang teman yang mungkin nggak mengerti arti kata sandwich

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 08 Februari 2009

To Khansaisme

Khansaisme,,, Please ingetin aku akan hal ini...

[+/-] Selengkapnya...

Ramalan 1

Hari ini, tepatnya siang ini... ada sebuah ramalan yang membuat bulu kudukku sedikit merinding... Aku nggak tau, apa semuanya akan menjadi kenyataan tiga tahun lagi... Aku ingin membuktikannya...

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 03 Februari 2009

Khansaisme mengakhiri semester tiga matakuliah KomPrak

Hosh...hosh...!!!
Selesai...!!!
Sepertinya setelah menyelesaikan dua resensi yang menjadi tugas Ujian Akhir Semester tiga ini, Khansaisme nampaknya akan berlibur sejenak,,,
Tapi jangan khawatir, Khansaisme akan kembali eksis saat semester empat besok...,,,tentunya dengan mata kuliah KomPrak empat yang membahas mengenai menulis (kayak anak SD ya...!!!)
See You Next Time

[+/-] Selengkapnya...

Kisah Menakjubkan Keluarga Drakula..

Drakula Di Dunia Manusia
Judul Buku : Keluarga Flood ‘Tetangga Menyebalkan’
Penulis : Colin Thompson
Penerbit : Atria
Edisi : Cetakan II, September 2007
Drakula!
Makhluk menyeramkan yang selalu kehausan darah, dan di jamin jika kamu bertemu dengannya pastilah darahmu habis dalam sekali hisapannya. Eits,,, itu memang benar, sama halnya dengan Keluarga Drakula yang satu ini. Keluarga Flood memang meminum darah, tapi dalam novel ini Colin Thompson menuturkan sebuah sisi lain keluarga drakula yang konyol dan jenaka, mulai dari keadaan fisik mereka, cara mereka sarapan, sekolah mereka yang jaraknya beribu-ribu kilometer, dan juga tetangga mereka yang usil dan mengganggu.
Novel fiksi terjemahan terbitan Random House Australia setebal 191 halaman ini mengisahkan mengenai keluarga Flood, keluarga ini tinggal di dunia manusia dan memiliki seorang tetangga manusia biasa yang super menyebalkan. Hingga akhirnya, keluarga Dent yang menyebalkan itu harus menemui ajal satu per satu mulai dari anak bungsunya yang disihir menjadi kulkas, anak sulung yang ditelan hidup-hidup oleh kuburan nenek Flood, bahkan ibunya yang menjadi TV Plasma super canggih dan Tn.Dent yang harus menjadi penyedot debu. Tak ketinggalan seorang Sersan yang turut campur dalam masalah dua keluarga tersebut harus mengakhiri karirnya dan diasingkan di pulau terpencil.
Novel yang memiliki judul asli The Floods ini nampaknya ditujukan untuk usia 14-keatas (remaja), karena cara penyelesaian masalah dalam cerita ini memang tidak baik jika ditujukan untuk anak-anak dibawah umur, mengingat kata saling memaafkan tak pernah disinggung dalam kisah ini, melainkan cara menyelesaikan masalah yang seimbang antara apa yang dilakukan dan apa yang didapat. Sedangkan dalam budaya Indonesia, pembalasan dendam masih sangat tidak dianjurkan meski pada kenyataannya hal itu sering terjadi. Mengingat itu, sepertinya penulis juga masih membuka peluang untuk seorang tokoh antagonis yang masih menyimpan dendamnya pada keluarga Flood, yaups… Sersan LeDouche yang diasingkan. Selain menjadi penulis, Colin Thompson juga berperan sebagai illustrator dalam novel ini. Apalagi ia juga memiliki ciri khas dalam karyanya, sehingga pembaca juga dapat menikmati kekocakkan ilustrasi yang banyak ditampilkan. Dan yang pasti kisah Keluarga Flood ini sangat mudah dicerna oleh pembaca, meski adanya ilustrasi yang cukup banyak ini dapat juga membatasi imajinasi pembaca.
Selain isinya yang unik, novel ini juga mempunyai cover yang cukup menarik untuk sebuah cerita fiksi horror yang bercampur lelucon, apalagi kita dapat menemukan halaman silsilah keluarga yang digambar dengan bentuk sulur-sulur akar yang sangat kreatif. Tak hanya itu, di halaman belakang pun penulis menggambarkan mengenai rumah keluarga Flood lengkap dengan halamannya, serta memberikan penjelasan mengenai karakter tokoh yang ada dalam cerita secara urut bahkan sampai pada hewan-hewan peliharaan keluarga Flood dan juga tips-tips unik dari leluhur keluarga Flood.
Dan akhirnya, penulis menutup halaman terakhir dengan biografi singkat mengenai dirinya yang ditulis dengan gaya bahasa yang lucu dan unik serta dilengkapi dengan foto-foto masa kecilnya. Colin Thompson, dilahirkan di Inggris dan pada tahun 1995 pindah ke Australia hingga akhirnya melahirkan buku ini dengan bantuan bakat menulis dan menggambarnya. Benar-benar unik dan menghibur, itulah kata-kata yang pertama muncul setelah saya usai membaca novel ini, meski gambar-gambar itu memang membatasi imajinasi saya karena tokoh antagonis digambarkan jelek sekali, tapi saya mendapatkan sensasi menonton sebuah film yang cukup menghibur dan juga santai.
Mungkin jika seseorang mengatakan bahwa ‘suatu karya harus diberikan jiwa, agar karya itu dapat hidup’… saya rasa buku ini memiliki jiwa itu… Dan kita dapat menyambut edisi kedua Keluarga Flood ‘Sekolah Sihir’.

[+/-] Selengkapnya...

Sebuah Petuah, Sebuah Ilmu, dari Seorang Maestro

Scenario,,,So Difficult…So Easy
Judul : Teori Menulis Skenario Film Cerita
Penulis : H.Misbach Yusa Biran
Penerbit : PT Dunia Pustaka Jaya bekerja sama dengan PT Demi Gisela Citra Pro
Edisi : Cetakan Pertama 2006
Tebal Buku : 327 halaman
H.Misbach Yusa Biran, pria kelahiran Rangkasbitung (Banten) 11 September 1933. Pria yang tak lain adalah suami dari aktris Nani Wijaya ini mulai memasuki dunia film pada tahun 1954 di studio Perfini yang dipimpin oleh Usmar Ismail. Pada awalnya ia menjadi Asisten Sutradara dan anggota Sidang Pengarang. Banyak pengalaman yang ia dapat di dunia film, mulai dari membuat scenario, film pendek, film cerita, menjadi dosen di IKJ, hingga akhirnya menulis sebuah buku berjudul ‘Teknik Menulis Skenario Film Cerita’.
Skenario,,, merupakan suatu penuntun dalam pembuatan suatu kisah, khususnya dalam sebuah film.
Terdengar rumitkah sebuah sekenario? Mungkin saja iya, tapi mungkin juga tidak…
Inilah ‘Teknik Menulis Skenario Film Cerita’ sebuah buku yang mencoba mengupas mengenai bagaimana cara membuat sebuah naskah scenario itu dapat hidup dan mampu memikat para penikmat film. Mulai dari hubungan antara cerita dan scenario itu sendiri yang mempunyai kaitan sangat erat, bahasa film yang memiliki beberapa unsur dalam komposisi serta sudut pandang kamera hingga mampu mengghasilkan bahasa film yang dramatic dan tetap alamiah, pelaku cerita yang mampu menghidupkan cerita dalam skenario, Dramatisasi dan penonton, struktur bertutur dramatic, konstruksi yang dramatic, dan juga pembahasan mengenai bagaimana cara menentukan gagasan cerita, hingga penyampaian informasi yang efektif pada penonton.
Untuk tiga point penting yang terakhir yang ada dalam buku ini adalah Sinopsis yang harus ada dalam sebuah film cerita, Kerangka scenario yang memuat mengenai rancangan peralihan dari sebuah tulisan sinopsis menjadi sebuah tulisan scenario, dalam hal kerangka scenario penggunaan imajinasi memvisualkan suatu cerita sangat penting. Dan yang terakhir adalah Deskripsi scenario, berisi kalimat-kalimat yang relative singkat dan mudah dipahami pembaca. Selain tentang mengulas teknik pembuatan scenario, penulis juga mencoba menegaskan bahwa dalam dunia seni perbuatan menjilpak adalah suatu hal yang hina, meski pun kita sadar dan tahu bahwa banyak sekali karya cerita yang tak lain adalah hasil jiplakan. Bukannya tidak boleh, tapi untuk menghargai hasil karya orang lain, maka tak ada salahnya jika para plagiator itu menuliskan sumber yang menginspirasinya.
Jika dilihat, nampaknya penulis adalah salah satu sineas yang berada dalam kutub idealis dunia perfilman di Indonesia, mengingat dalam buku ini dituliskan bahwa dunia film terdiri daridua kutub, yaitu kutub main stream (mengikuti arus) dan kutub idealis. Penegasan akan keberanian yang harus dimiliki oleh para sineas muda yang harus berani mengambil resiko jika ingin masuk dalam dunia film, karena kutub idealis cukup memiliki banyak tentangan di Indonesia. Bahkan penulis sendiri sempat memutuskan untuk vakum dari dunia film, karena pada tahun 1971 itu dunia film dimarakkan dengan produksi film-film porno.
Setelah mereview isi buku setebal 327 halaman ini, saya yakin bahwa buku ini sangat relevan untuk dikonsumsi oleh mahasiswa komunikasi, apalagi yang mempunyai cita-cita ingin jadi penulis scenario sukses. Tak hanya itu, dalam buku ini juga memuat tentang cara-cara dan jenis pengambilan gambar yang pastinya akan berguna bagi calon kameramen/kamerawati handal. Mengingat saat ini masih jarang buku penulisan scenario yang mampu memenuhi rasa keingintahuan kita secara lebih detail, apalagi dalam setiap bahasan penulis dengan teratur menyampaikan berbagai pengalaman dan juga nasihatnya bagi calon-calon penulis scenario, jadi selain pembaca mempelajari teorinya, pembaca juga dapat mencoba belajar dari pengalaman penulis. Seperti kita tahu bahwa ‘Pengalaman adalah guru yang terbaik’.
Selain isi materi yang tulis dengan gaya bahasa yang mudah dicerna, kita dapat melihat anatomi buku yang lengkap, dengan ilustrasi sampul yang cukup simple membuat orientasi pembaca langsung tertuju pada judulnya, lidah buku yang memuat mengenai profil penulis, halaman persembahan, daftar isi yang tidak akan membuat pembaca pusing dengan jabarannya yang singkat, kata pengantar, hingga isi sampai pada lampiran yang berisi tentang tambahan bacaan yang dianjuurkan penulis agar pembaca tak hanya berhenti pada buku tulisannya ini, dan juga daftar istilah serta indeks yang memudahkan pembacanya.
Dan, tampaknya kita dapat mengatakan bahwa membuat scenario film cerita memang sulit, tapi asalkan kita mempunyai kemampuan dan kemauan, maka tak ada yang sulit dalam hidup ini. Mungkin setelah saya membaca beberapa buku scenario, buku inilah yang mau memberi nasihat tanpa terasa menggurui selayaknya buku bijak yang membuat pembacanya merasa dekat dengan penulisnya.

[+/-] Selengkapnya...