Hari ini kembali terasa menyesakkan saja.
Hari ini kembali membingungkan saja.
Hari ini kembali aku menguntai harapan yang sempat kuputuskan untuk kuakhiri.
Namun sayang, aku tak mampu mengakhirinya, aku tak mampu bertahan untuk hal ini.
Betapa lemahnya seorang aku dalam menghadapi hal seperti ini, aku malu.
Kembali aku menghujat, kembali aku bertanya, dan kembali lagi aku menangis untuk hal yang belum juga kumengerti.
Meski aku sering bertanya apakah kau mengerti, tapi aku sendiri sejujurnya tak mengerti, dan aku ingin mengerti.
*** Cukup baikkah aku berpuitis?
Entahlah, aku tak begitu dapat mengerti sebuah puisi dan sastra, meski beberapa orang mengatakan bahwa aku penganut sastra yang lumayan, tapi aku sendiri tak mengerti. Karena yang aku tau hanyalah bagaimana mengungkapkan suatu hal dengan baik, meski ukuran baik terlalu relatif bagi sebagian orang.
Suatu ketika saat aku merasa hatiku sakit dan kecewa, otakku pun tiba-tiba menjadi cukup lihai merangkai kata. Pernah suatu siang aku hampir dibuat menangis oleh seorang pria (mungkin aku sudah layak menyebutmu sebagai seorang pria bukan). Ingin sekali siang itu aku mengeluarkan jurus karateku yang sempat diajarkan ayah padaku, ingin sekali aku mendobrak pintu yang menghalangiku, dan ingin sekali aku menghantamkan kepalanku di tubuh pria itu. Tapi sayang, aku tak dapat melakukannya, hatiku tak mengijinkannya. Aku hanya menghela dan menghembuskan nafasku untuk mengatur kesabaranku.
Sampai akhirnya, dengan penuh ketenangan aku dapat mengucapkan sebuah kalimat puitis (I think) di hadapan pria itu, lebih tepatnya kalimat puitis yang penuh sindiran. Mungkin kata-kataku terasa lebih jauh diterima oleh hatinya daripada aku mengeluarkan tenagaku untuk menghajarnya.
Benar memang sebuah pepatah yang mengatakan bahwa lidah terkadang lebih tajam dari pada pedang. Yeah... I believe it... karena banyak sekali hal besar yang terjadi karena lidah, karena ucapan, dan karena perkataan... So...keep Ur Tongue...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar