Alat Transportasi Umum Tak Mampu Puaskan Penumpang
Alat transportasi umum yang disediakan oleh pemerintah, tujuan masyarakat menggunakannya karena mereka menginginkan kemudahan, kemurahan dan pelayanan yang baik. Namun apakah hal itu mampu dilakukan oleh pemerintah, khususnya untuk alat transportasi umum kelas ekonomi yang harganya relative murah, tapi untuk saat ini itulah yang paling banyak peminatnya. Mengingat sebagian masyarakat Indonesia berada dalam kehidupan ekonomi menengah kebawah, jadi kereta api kelas ekonomi adalah sasaran empuk alat transportasi mereka, khususnya disaat-saat arus mudik dan arus balik lebaran.
Mungkin sebagai pengguna kereta api kelas ekonomi, para penumpang tak berhak menuntut banyak fasilitas dan kemudahan layaknya pengguna kereta api kelas eksekutif bisnis. Tapi, setidaknya pemerintah dapat sedikit memberikan kenyamanan pada pangguna mayoritas yang memiliki dana minoritas, dengan tidak terus menjual tiket kereta api jika pembelinya sudah melebihi batas muatan kereta api yang nyaman. Tapi sayangnya hal itu terus terjadi hingga arus balik lebaran tahun 2008 kemarin, tiket kereta api kelas ekonomi terus dijual sebanyak-banyaknya, padahal kereta sudah tak mampu lagi memuat para pemegang tiket itu. Untuk penjualan tiket seharusnya disesuaikan dengan jumlah muatan maksimal kereta, bukannya jumlah muatan maksimal kereta yang disesuaikan dengan jumlah penjualan tiket.
Sangat memprihatinkan jika pemerintah menggunakan momen-momen khusus tersebut untuk mendapatkan pemasukan sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan keselamatan dan kenyamanan penumpang. Walaupun begitu, para penumpang yang ingin sampai ke tempat tujuannya itu terus berusaha menjejalkan diri agar masuk ke dalam kereta. Hal tersebut menyebabkan muatan kereta yang super sesak, para penumpang saling berjejal, bahkan jika sudah berada di dalam kereta api untuk menggerakkan kaki saja tak mungkin. Jadi, untuk penumpang yang memang nekat masuk, mereka harus siap menjadi patung hidup di dalam kereta.. Meskipun tak sedikit dari para calon penumpang yang hanya bisa menggerutu saat mereka tak mampu untuk menembus jejalan penumpang lainnya, hingga akhirnya merelakan pembatalan tiket kereta yang telah dibelinya dan mencoba mencari alternative transportasi lain atau menunggu kereta selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar